Wednesday, August 5, 2020

Colon In Loop

Colon In Loop


Pengertian
Colon In Loop adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiografi pada daerah colon dengan menggunakan media kontras positif maupun negatif secara rertrograde.

Tujuan
Untuk mendapatkan gambaran anatomis kolon dalam membantu menegakkan diagnosa penyakit/kelainan-kelainan pada kolon.

Indikasi :
  • Tumor adalah massa jaringan yang abnnormal, tumbuh ganda dan tidak terkoordinasi dan keberadaannya merupakan beban dan penyakit yang mengkhawatirkan bagi tubuh.
  • Hemoroid interna adalah iritasi atau infeksi jaringan disekitar rectum, yang disebabkan oleh pembesaran pembuluh darah atau pembengkakan jaringan.
  • Ileus adalah obstruksi usus, dapat terjadi secara mekanis atau fungisional (paralitis) yang menimbulkan mulas yang hebat dan muntah-muntah tanpa disertai rasa nyeri.
  • Colitis adalah suatu penyakit peradangan pada rectum dan colon yang terutama mengenai lapisan mukosa colon dan menyebar secara kontinyu keseluruh daerah yang terkena.
  • Divertikel adalah kantung-kantung yang menonjol pada dinding colon,terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
  • Perforasi terjadinya kebocoran pada saluran gastrointestinal
  • Obstruksi tersumbatnya saluran gastrointestinal
  • Refleks fagal
Kontra indikasi :
  • Perforasi : terjadinya kebiciran pada saluran gastrointestinal
  • Obstruksi : tersumbatnya saluran gastrointestinal
  • Refleks ginjal
Anatomi
Prosedur pemeriksaan
  • Informed consent
  • Persiapan pasien :
    • 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
    • 18 jam sebelum pemeriksan (jam 3 sore) minum tablet dulcolax
    • 4 jam sebelum pemeriksaan (jam 5 pagi) pasien diberi dulcolax kapsul per anus selanjutnya dilavement 
    • seterusnya puasa sampai pemeriksaan dimulai
    • 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25-1 mg/oral untuk mengurangi pembentukan lendir 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntukan buscopan untuk mengurangi peristaltik usus.
  • Persiapan alat :
    • pesawat sinar-x yang dilengkapi fluoroscopy 
    • kaset dan film sesuai kebutuhan
    • marker
    • standar irigator dna irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube
    • handscoon
    • penjepit atau klem
    • spuit
    • kain pembersih
    • apron
    • tempat mengaduk media kontras
    • kantong barium disposible
  • Persiapan bahan :
    • media kontras, barium sulfat :
      • 12-25 % W/V (weight/volume) untuk single kontras
      • 70-80 % W/V (weight/volume) untuk double kontras
      • banyaknya sesuai panjang kolon ± 600-800 ml
    • air hangat, jangan gunakan air panas
    • vaselin/jelly
    • kocok/aduk media kontras sebelum digunakan
    • topical anesthetic/dapat digunakan lidocain untuk meminimalkan kontrasksi, glucagon/iv untuk SPASM.
Posisi pemasukan MK
SIMS Position
Instruksi pada pasien :
  • kurangi kontraksi anal
  • relax otot abdominal usahakan relax -> palpasi;
  • bernafas dengan mulut -> mengurangi spasm (kontrasksi dan kram)
  • memasukkkan kanula saat ekspirasi.
Metode Kontras Tunggal
  • pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras
  • kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden sampai daerah seikum.
  • dilakukan pemotretan full filling
  • evakuasi, dibuat foto post evakuasi.
Metode Kontras Ganda
Kontras ganda satu tingkat
  • kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong barium melapisi kolon 
  • selanjutnya dibuat foto full filling.
Kontras ganda dua tingkat
  • Tahap pengisian
    • kolon diisi BaSO4 sampai kira-kira fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum
    • pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke selururh kolon
  • Tahap pelapisan
    • menunggu 1-2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
  • Tahap pengosongan
    • pasien disurug BAB
  • Tahap pengembangan
    • dipompakan udara ke dalam kolon : 1800-2000 ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi : refles fegal (wajah pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing)
  • Tahap pemotretan
    • pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang semua
    • posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta lokasinya
    • proyeksi PA, PA oblique, dan lateral (rectum)
    • proyeksi PA, PA oblique pasien berdiri (fleksura lienalis dan hepatika)
10 posisi menurut "Miller" :
  • posisi AP untuk melihat fleksura lienalis dan hepatika 
  • posisi lateral untuk melihat rectum
  • posisi AP dengan penyudutan 15-25 derajat chepalad untuk melihat rectum
  • RPO dengan penyudutan 15-25 untuk melihat fleksura lienalis
  • right lateral untuk melihat rectum
  • prone untuk melihat fleksura lienalis dan fleksura hepatika
  • 'PA dengan penyudutan 15-25 derajat untuk melihat rectum
  • LPO dengan sudut 15-25 derajat untuk melihat fleksura hepatika
  • AP dengan oblique 2-3 derajat untuk melihat daerah ileosaekal
  • AP dengan sinar horizontal untuk melihat fleksura lienalis dan hepatika.
Proyeksi AP (Antero Posterior)
  • Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh tegak lurus meja, kedua tangan disamping tubuh dan kaki lurus
  • Posisi obyek : obyek diatur diatas meja, batas atas : proc. xypoideus, batas bawah : simp. pubis
  • CP : MSP setinggi krista illiaka
  • CR : vertikal tegak lurus kaset
  • ekposi pada saat ekspirasi penuh dan tahan nafas
  • Kriteria radiograf : seluruh kolon termasuk fleksura hepatika.
Proyeksi PA (Postero Anterior)
  • Posisi pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh tegak lurus meja, kedua tangan disamping tubuh dan kaki lurus
  • Posisi obyek : obyek diatus diatas meja, batas atas : proc. xypoideus, batas bawah : simp. pubis
  • CP : pada MSP setinggi kedua krista illiaka
  • CR : vertikal tegak lurus kaset
  • eksposi pada saat ekspirasi penuh dan tahan nafas
  • Kriteria radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura dan rectum



Proyeksi LPO
  • Posisi pasien : pasien supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35-45 derajat terhadap meja pemeriksaan. 
      • tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. 
      • kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan di tekuk untuk fiksasi
  • Posisi obyek : obyek diatur diatas meja, batas atas : proc. xypoideus, batas bawah : simp. pubis 
  • CP : 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua krista illiaka, 
  • CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset
  • Kriteria radiogaf : daerah sigmoid, rektosigmoid, fleksura hepatika sedikit superposisi dibanding PA, colon ascenden, seikum.

Proyeksi RPO 
  • Posisi pasien : pasien supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35-45 derajat terhadap meja pemeriksaan. 
    • tangan kanan digunakan untuk bantalan dan tangan kiri di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. 
    • kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan di tekuk untuk fiksasi
  • Posisi obyek : obyek diatur diatas meja, batas atas : proc. xypoideus, batas bawah : simp. pubis 
  • CP : 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiaka, 
  • CR : vertikal tegak lurus terhadap kaset
  • Kriteria radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA, colon descenden.
Proyeksi RAO 
  • Posisi pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kanan 35-45 derajat terhadap meja, tangan kanan lurus disamping tubuh, tangan kiri di depan kepala dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
  • Posisi obyek : obyek diatur diatas meja, batas atas : proc. xypoideus, batas bawah : simp. pubis
  • CP : 1-2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua krista illiaka
  • CR : vertikal tegak lurus kaset
  • Kriteria radiograf : gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila dibandingkan dengan proyelsi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon ascenden.




Proyeksi LAO
  • Posisi pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kirir 35-45 derajat terhadap meja, tangan kiri lurus disamping tubuh, tangan kanan didepan kepala dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk
  • Posisi obyek : obyek diatur diatas meja, batas atas : proc. xypoideus, batas bawah : simp. pubis
  • CP : 1-2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua krista illiaka
  • CR : vertikal tegak lurus kaset
  • kriteria radiogaf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA, colon ascenden.

Proyeksi Lateral 
  • Posisi pasien : tidur miring dengan MSP sejajar kaset, genu sedikit fleksi untuk fiksasi
  • Posisi obyek : obyek diatur diatas meja, batas atas : proc. xypoideus, batas bawah : simp pubis
  • CP : MAL setinggi SIAS
  • CR : vertikal tegak lurus kaset
  • Kriteria radiograf : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rekto sigmoid pada pertengahan radiograf.
Proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
  • Posisi pasien : pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke kiri dengan bagian abdomen belakang menempel dan sejajar dengan kaset. 
      • MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid
  • CP : pada pertengahan kedua krista illiaka 
  • CR : horizontal tegak lurus terhadap kaset
  • eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan nafas
  • Kriteria radiograf : seluruh kolon, dengan kolik fleksura kanan berisi udara, kolon ascenden dan sekum.

Proyeksi AP aksial
  •  Posisi pasien : supine diatas meja pemeriksaan dengan MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
      • kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.
      • atur pertengahan kaset dengan menentukan batas atas pada puncak ilium dna batas bawah symphisis pubis
  • CP : pada 5 cm di bawah pertengahan kedua krista illiaka 
  • CR : sudut 30-40 derajat kranial
  • Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas
  • Kriteria radiograf : rektosigmoid di tengah film dan sedikit mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero posterior, tampak juga kolon transversum.


No comments:

Post a Comment

Innalillahi bapak

  Rabu siang tgl 18 oktober  Bapak sudah nampak lemas trnyata benar bapak lagi sakit  Sorenya bapak ke kamar minta obat tpi saya abaikan krn...