Pengolahan Film Manual
Adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran nyata yang permanen pada film, yang dapat dilihat dengan mata pada kondisi umum. Kondisi ini dilakukan di ruangan khusus yang disebut dengan kamar gelap (KG).
Tahapan Pengolahan Film :
1. Pembangkitan (Developing)
Developer merupakan larutanyang berfungsi membangkitkan bayangan laten menjadi bayangan nyata dengan cara mereduksi AgBr yang terkena sinar menjadi perak metalik. Adapun bahan pereduksinya adalah sebagai berikut :
- Metol
- Phenidon
- Hydroquinon
2. Pembilasan (Rinshing)
Merupakan tahap prosessing yang dilakukan antara larutan pembangkit dengan fiksasi yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan pembangkit yang terbawa oleh film. adapun bahnnya adalah air (bukan air mineral).
3. Penetapan (Fixing)
- Menghentikan proses pembangkitan sehingga tidak ada lagi perubahan bayangan pada film.
- Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi, sehingga bagian film yang tidak terkena eksposi tersebut akan bening (tidak bewarna).
- Menyamak emulsi agar tidak menjadi rusak.
- Chrom potassium alum, bahan ini sangat efisien pada cairan yang masih segar, akan tetapi aksi penyamakan ini akan cepat menurun walaupun fixer tidak digunakan. oleh karenanya b ahan jenis ini sangat cocok untuk digunakan pada fixer yang segera dipakai dan tidak untuk waktu yang lama yaitu untuk rapid processing. efektif pada pH rendah yaitu 3,7-4,7 diatas itu bekerjanya sudah tidak aktif lagi.
- Potassium alum, bahan jenis ini paling umum digunakan sebagai hardener dalam fixer, karena dapat tahan lama dan mempunyai efisiensi yang paling tinggi pada pH 4,5-4,9 dan masih bekerja sampai dengan pH 5,5. Pada fixer yang digunakan dengan pH diatas 5,5 akan terjadi endapan alumunium hidroksida dengan potassium alum yang kelihatan putih pada film.
- Alumunium chlorida, dapat digunakan dalam larutan hardener konsentrat. biasanya dikombinasikan dengan amonium thiosulfat dan dapat melakukan fungsinya sebagai penyamak dalam wwaktu yang singkat sekali.
- Tahap pertama yang terjadi pada proses fiksasi adalah difusi fixing agent ke dalam emulsi yang kemudian diikuti oleh proses kimia dari fixing agent dengan perak bromida. proses ini disertai dengan efek yang dapat dilihat yaitu menghilangnya perak bromida yang tidak mengalami pembangkitan dan juga daerah yang bewarna kuning susu yaitu bayangan yang dihasilkan oleh developer lama-lama menjadi hilang dan tinggalah bayangan perak hitam yang dapat dilihat pada dasar yang bening.
- Clearing time (CT) dan fixing time (FT), waktu yang dibutuhkan dari awal proses di fixer hingga menjadi kuning susu tersebut dinamakan "clearing time". Sedangkan waktu yang diperlukan fixer untuk melakukan proses penetapan (fiksasi) secara keseluruhan termasuk waktu untuk mendapatkan penyamakan oleh hardener yang cukup disebut dengan "fixing time". fixing time ini biasanya dua kali clearing time.
- Faktor yang mempengaruhi CT dan FT :
- tipe dari fixing agent
- konsentrasi dari fixing agent
- temperatur
- adanya garam-garam alumunium sebagai hardener
- jenis film
- agitasi selama fiksasi
- melemahnya cairan fixer
- Selama dipakai, cairan fixer akan melemah seiring penggunaannya. hal ini dikarenakan terjadi perubahan-perubahan pada komposisi dalam larutan. perubahan yang terjadi adalah :
- karena air dari tahap rinshing yang terbawa oleh film masuk ke dalam fixer, maka jumlah cairan akan bertambah sehingga konsentrasi dari fixer akan berkurang.
- terjadi akumulasi yang tetap dari kompleks perak yang larut (Argeno Thiosulfat)
- terjadi akumulasi pada halogen yang larut sebagai hasil lainnya dari reaksi.
No comments:
Post a Comment