Thursday, August 20, 2020

Pengolahan Film Manual (Fixing)

 Pengolahan Film Manual

Adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran nyata yang permanen pada film, yang dapat dilihat dengan mata pada kondisi umum. Kondisi ini dilakukan di ruangan khusus yang disebut dengan kamar gelap (KG).

Tahapan Pengolahan Film :

1. Pembangkitan (Developing)

    Developer merupakan larutanyang berfungsi membangkitkan bayangan laten menjadi bayangan nyata dengan cara mereduksi AgBr yang terkena sinar menjadi perak metalik. Adapun bahan pereduksinya adalah sebagai berikut :

  • Metol
  • Phenidon
  • Hydroquinon

2. Pembilasan (Rinshing)

        Merupakan tahap prosessing yang dilakukan antara larutan pembangkit dengan fiksasi yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan pembangkit yang terbawa oleh film. adapun bahnnya adalah air (bukan air mineral).

3. Penetapan (Fixing)

    Merupakan tahapan ketiga dari pengolahan film. Tujuannya :
    • Menghentikan proses pembangkitan sehingga tidak ada lagi perubahan bayangan pada film.
    • Untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena eksposi, sehingga bagian film yang tidak terkena eksposi tersebut akan bening (tidak bewarna).
    • Menyamak emulsi agar tidak menjadi rusak.
            Komposisi cairan fixer :
a. Fixing Agent, fungsinya untuk melarutkan perak bromida yang tidka terkena eksposi dengan cara merubahnya menjadi senyawa lain. sifat nya tidak merusak gelatin dan tidak memberikan efek pada bayangan perak. bahan nya : sodium thiosulphate dan amonium thiosulphate. yang paling umum digunakan sebagai fixong agent adalah sodium thiosulphate, bahan ini juga dikenal dengan :HYPO". amonium thiosulphate yang terbentuk ini larut dalam air sehingga dapat dengan mudah dilepaskan dari emulsi film, terutama untuk fixer yang dibuat dalam bentuk liquid.
b. Asam (Acid), untuk menghentikan aksi developer secara cepat dan merata saat film dimasukkan ke dalam fixer, digunakan acid (asam). asam yang kuat dapat merusakkan hypo dan mengendapkan sulfur sehingga dapat merusak cairan fixer itu sendiri, maka digunakan asam yang lemah, asam lemah yang cocok untuk hal ini adalah asam asetat.
c. Stabiliser (Preservative), walaupun asam lemah yang digunakan, namun terkadang masih terjadi dekomposisi dan pengendapan sulfur. oleh sebab itu pada fixer dtambahkan pula bahan stabilizer (preservative). bahan yang biasa digunakan sebagai pasangan asam asetat adalah sulfite sebagai alternatif, sering pula digunakan bahan yang dapat berfungsi keduanya yaitu untuk acidifikasi (pengasaman) dan stabilisasi. bahan stabiliser : sodium metabisulfit atau potassium metabisulfit.
d. Buffer, berfungsi untuk menjaga pH fixer agar tetap berkisar antara 4,5-5. sebagaimana diketahui bahwa dengan adanya developer yang terbawa oleh film (carry over rate) maka dapat menaikkan pH fixer sehingga melemahkan kerja fixer.
e. Hardener, lapisan emulsi akan mengalami pembengkakan selama prosessing terutama pada pembangkitan. untuk mencegah terjadinya kerusakan pada emulsi film akibat pembengkakan ini, maka dibutuhkan hardening (pengerasan). hardener berfungsi untuk menyamak film terutama pada lapisan emulsi.
Bahan hardener : 
  • Chrom potassium alum, bahan ini sangat efisien pada cairan yang masih segar, akan tetapi aksi penyamakan ini akan cepat menurun walaupun fixer tidak digunakan. oleh karenanya b ahan jenis ini sangat cocok untuk digunakan pada fixer yang segera dipakai dan tidak untuk waktu yang lama yaitu untuk rapid processing. efektif pada pH rendah yaitu 3,7-4,7 diatas itu bekerjanya sudah tidak aktif lagi.
  • Potassium alum, bahan jenis ini paling umum digunakan sebagai hardener dalam fixer, karena dapat tahan lama dan mempunyai efisiensi yang paling tinggi pada pH 4,5-4,9 dan masih bekerja sampai dengan pH 5,5. Pada fixer yang digunakan dengan pH diatas 5,5 akan terjadi endapan alumunium hidroksida dengan potassium alum yang kelihatan putih pada film.
  • Alumunium chlorida, dapat digunakan dalam larutan hardener konsentrat. biasanya dikombinasikan dengan amonium thiosulfat dan dapat melakukan fungsinya sebagai penyamak dalam wwaktu yang singkat sekali.
Proses Fiksasi
  • Tahap pertama yang terjadi pada proses fiksasi adalah difusi fixing agent ke dalam emulsi yang kemudian diikuti oleh proses kimia dari fixing agent dengan perak bromida. proses ini disertai dengan efek yang dapat dilihat yaitu menghilangnya perak bromida yang tidak mengalami pembangkitan dan juga daerah yang bewarna kuning susu yaitu bayangan yang dihasilkan oleh developer lama-lama menjadi hilang dan tinggalah bayangan perak hitam yang dapat dilihat pada dasar yang bening.
  • Clearing time (CT) dan fixing time (FT), waktu yang dibutuhkan dari awal proses di fixer hingga menjadi kuning susu tersebut dinamakan "clearing time". Sedangkan waktu yang diperlukan fixer untuk melakukan proses  penetapan (fiksasi) secara keseluruhan termasuk waktu untuk mendapatkan penyamakan oleh hardener yang cukup disebut dengan "fixing time". fixing time ini biasanya dua kali clearing time.
  • Faktor yang mempengaruhi CT dan FT :
    • tipe dari fixing agent
    • konsentrasi dari fixing agent
    • temperatur
    • adanya garam-garam alumunium sebagai hardener
    • jenis film
    • agitasi selama fiksasi
    • melemahnya cairan fixer
  • Selama dipakai, cairan fixer akan melemah seiring penggunaannya. hal ini dikarenakan terjadi perubahan-perubahan pada komposisi dalam larutan. perubahan yang terjadi adalah :
    • karena air dari tahap rinshing yang terbawa oleh film masuk ke dalam fixer, maka jumlah cairan akan bertambah sehingga konsentrasi dari fixer akan berkurang.
    • terjadi akumulasi yang tetap dari kompleks perak yang larut (Argeno Thiosulfat)
    • terjadi akumulasi pada halogen yang larut sebagai hasil lainnya dari reaksi.
4. Pencucian (Washing)
        Merupakan tahap prosessing yang dilakukan antara fixer dengan drying yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan fixer dari permukaan film yang apabila dibiarkan akan merusak kualitas gambar. washing ini bahannya sama dengan rinshing yaitu air.

5. Pengeringan (Drying)
        Merupakan tahap terakhir dari pelaksanaan pembuatan radiograf. drying ini berfungsi untuk mengeringkan kaset setealh tahap washing.


No comments:

Post a Comment

Innalillahi bapak

  Rabu siang tgl 18 oktober  Bapak sudah nampak lemas trnyata benar bapak lagi sakit  Sorenya bapak ke kamar minta obat tpi saya abaikan krn...